Senin, 07 Maret 2011

Taukahkamu; Jika Anda Tertawa di Hadapan Kera, Kera Tersebut Pasti Ikut Tertawa

Tertawalah, Maka Kera Pun Ikut Tertawa

Simpanse meniru tawa teman bermain mereka walaupun mereka belum tentu menganggap situasinya lucu.

Penelitian baru University of Portsmouth, yang diterbitkan dalam jurnal Emotion, membuktikan kalau kera tidak hanya menirukan ekspresi teman bersosialisasi mereka. Respons kera punya arti sosial dan emosional. Hasil ini menunjukkan kalau kera menggunakan ekspresi untuk keperluan sosial yang lebih kompleks daripada yang sudah diperkirakan sebelumnya.

Studi dilakukan dengan meneliti tawa 59 simpanse yang hidup dalam 4 grup di Chimfunshi Wildlife Orphanage di Zambia. Dua grup sudah terbentuk lebih dari 14 tahun, sedangkan 2 grup lainnya baru terbentuk kurang dari 5 tahun.

Pemimpin studi Dr. Marina Davila-Ross menjelaskan, dalam kelompok yang baru dibentuk, simpanse lebih sering menirukan tawa dibandingkan dalam kelompok yang sudah lama terbentuk. "Hal ini menunjukkan kalau menirukan tawa punya peran khusus dalam mempererat hubungan," jelas Davila-Ross. "Saya tidak menyangka akan menemukan perbedaan antara tawa responsif dan tawa spontan," kata Davila-Ross lebih lanjut. Tawa responsif bisa dibilang tawa "basa-basi".

Davila-Ross juga menjelaskan kalau manusia juga memiliki tawa "basa-basi". "Tawa seperti itu biasanya lebih pendek daripada tawa spontan dan sepertinya memang dilakukan untuk interaksi sosial," jelas ahli tingkah laku biologi dari Department of Psychology, University of Porstmouth.

Hanya saja, tawa "basa-basi" ini berbeda dengan tawa palsu. "Hanya manusia yang bisa melakukan tawa palsu," kata Davila-Ross. Selain itu, manusia bisa mengekspresikan tawa dalam berbagai situasi. Kera berbeda. Para ilmuwan menemui kalau kera tertawa pada saat bermain dan saling menggelitik.

Davila-Ross mengatakan kalau studi yang akan datang harus menyelidiki hubungan antara kemampuan sosial dengan penggunaan ekspresi emosi. "Ujungnya," kata Davila-Ross, "kita bisa mengetahui asal mula bahasa."

nationalgeographic

Inilah 7 Gadget yang Mengubah Kehidupan Manusia pada 2 Dekade Terakhir

Headline

Saat banyak sekali gadget-gadget yang beredar di pasaran. Namun, tahukah Anda, gadget apa yang berhasil mengubah dunia?

Banyak perusahaan senang memanggil gadget baru mereka revolusioner. Terbukti, ketika Amazon pertama kali memperkenalkan pembaca e-book (buku elektronik) mereka pada 2007 dan CEO Apple Steve Jobs menggunakan kata itu ketika mendekati peluncuran tablet komputer iPad.

Hanya waktu yang bisa membuktikan akankah perangkat-perangkat ini bisa terus bertahan. Melalui sejarah, inovasi revolusioner adalah yang bisa mengubah secara fundamental cara kerja dan bermain orang dimana kehidupan modern sulit dibayangkan tanpa perangkat-perangkat ini.

Dengan segala hormat pada semua penemuan yang mengubah game dan teknologi, berikut tujuh gadget mulai dari abad 15 yang mengirimkan sulur transformatif melalui komunitas dan penginggalan yang ada saat ini.

7. Mesin Cetak
Gadget pengubah game aslinya terlalu besar dimasukkan ke dalam saku tetapi gadget ini merevolusi semua literatur. Sekitar 1450, tukang emas Jerman, Johannes Gutenburg, mengubah pencetakannya dengan mesin tekan miliknya, mesin seukuran meja.

Penemuan ini menggunakan ribuan huruf logam yang bisa bergerak dengan cepat dan mampu dengan murah menyalin teks. Mesin cetak Gutenburg membuka jalan bagi Reformasi dan Pencerahan Protestan.

6. Kamera Bidik dan Tembak
George Eastman membawa fotografi ke massa pada 1888 dengan kamera Kodak-nya. Untuk pertama kalinya, rata-rata orang bisa membekukan realitas dalam gambar yang sangat berharga dibanding seribu kata.

Dengan munculnya kamera digital 100 tahun kemudian, fotografi menjadi semakin mewabah. Kini, hampir semua ponsel dilengkapi kamera, dan perekam digital murah seperti kamera Flip bisa mendemokratisasi video juga.

5. Radio
Ketika Guglielmo Marconi mematenkan sistem telegrafi radio pada 1901, ia membayangkannya cara agar sebuah kapal bisa secara nirkabel berkomunikasi satu sama lain. Tetapi sebelum 1920, siaran reguler musik dan berita pun meledak dan mengantarkan era baru media massa.

Mulai dari monitor bayi hingga radar militer, radio kini tertanam kuat dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan untuk memanfaatkan gelombang radio akhirnya memungkinkan semua bentuk jaringan nirkabel tercipta, dari ponsel hingga Wi-Fi.

4. TV
Hampir 20 tahun radio mengguncang lanskap hiburan, siaran televisi mengirim gempa lain di 1930-an dan 1940-an. Televisi mengubah segalanya, mulai dari cara orang mendapatkan berita hingga cara beriklan.

Menakjubkannya, di mana-mana orang terbangun dengan tabung itu di depannya. Tahun lalu, Nielson memperkirakan rata-rata orang Amerika menonton lebih dari 5 jam sehari. Consumer Electronics Association (CEA) baru-baru ini memperkirakan, kepemilikan TV definisi tinggi di rumah tangga AS akan berlipat ganda dalam dua tahun terakhir.

3. PC
Dulu kala, komputer memiliki ukuran raksasa. Komputer rumah tersedia pada 1970 namun pasar baru benar-benar melepasnya ke pasaran pada 1981 melalui PC IBM yang harganya kurang dari US$ 1.600 (Rp 14 juta).

Sejak saat itu, PC menjadi lebih kecil dan lebih kuat, dan telah membuka jalan pada laptop, netbook, smartbook, smartphone dan komputasi mobile lainnya. Selain itu, komputer juga membuat Internet menjadi mungkin. Pada 2007, 75% rumah tangga AS memiliki koneksi broadband dan lebih dari 230 juta PC digunakan secara nasional.

2. Smartphone
Melanjutkan tren ke arah yang lebih kecil dan mobile, smartphone memungkinkan pengguna berselancar di Web, mengirim email dan menjalankan aplikasi dari ponsel. Seperti PC, IBM membuat smartphone pertama dunia bernama ‘Simon’ pada 1993.

Simon menawarkan keyboard layar sentuh, email dan kemampuan faks serta fungsi seperti kalender dan buku alamat. Smartphone ini dijual seharga US$ 900 (Rp 8 juta). Smartphone makin kecil dan murah pada 1990-an.

Pada dekade pertama abad ke-21, Treos, Blackberry dan iPhone pun muncul. Pew Internet & American Life Project memperkirakan, tiap hari, hampir seperlima orang Amerika menggunakan Internet pada perangkat mobile, seperti smartphone atau laptop.

Semua kenyamanan ini akan membuat ponsel tradisional mejadi hal basi. Menurut Pyramid Research, pada 2014, 60% handset baru yang dijual di AS adalah smartphone.

1. Pembaca Elektronik (E-Reader)
Sebagaipendatang baru, e-reader memilikipotensibesarmengubah caraorang mengonsumsimedia, kata wakil presidenmediadanhiburankonsultasi LEK DanSchechter.

Studi terbaruL.E.K.menemukan,hampirsetengahorangyang membelie-reader membacalebihbanyak koran,bukudanmajalah.E-reader menawarkanpengalaman membacayang lebihinteraktif.

Sementaraitu, untuk iPad dari Apple masih butuh waktuapakahperangkat ini bisa mengantar erabarukomputasitablet. Kini, sekitar10%orangmenggunakane-reader, gadgetini pun sedang ‘lepas landas,’ kataSchechter.

”Perangkat ini merupakan produkgenerasipertamadan Andasudahmelihatpeningkatanbesardalam membaca,” kataSchechter. “Perangkat ini sangat menarikdan terjual sepertikacang goreng”.

inilah

Taukahkamu; Tanpa Matahari, Bumi dan Mahluk di Dalamnya dapat Bertahan sampai Beberapa Milyar Tahun lagi

Headline

Di luar kepercayaan umum, kehidupan bumi dapat bertahan miliaran tahun tanpa Matahari. Planet tidak membutuhkan bintang untuk menyediakan sumber panas.

Penelitian dari astrofisikawan Dorian Abbot dan Eric Switzer dari University of Chicago menemukan bahwa sumber panas dapat muncul dari proses pemecahan unsur radioaktif di dalam inti planet.

Panas itu mampu menjaga lautan agar tetap cair. Meskipun, kondisi itu hanya terjadi di bawah lembaran es tebal yang menutupi permukaan planet.

Es memang membuat permukaan planet tidak dapat didiami namun di bawah lapisan tersebut, kehidupan laut dapat berkembang dalam waktu tidak tertentu. Ilmuwan menamakan teori ini sebagai steppenwolf karena kehidupan itu seperti kawanan serigala yang berkeliaran di padang galaksi.

Namun, ilmuwan ini menolak berspekulasi soal bentuk kehidupan yang ada di sana meskipun setuju soal ukuran mikroskopik. Penelitian itu berfokus pada rasio planet antara 0,1 hingga 10 kali lebih besar dari bumi dengan fitur serupa.

Mereka mengklaim planet dengan jumlah air setara dengan bumi membutuhkan bobot 3,5 kali lebih besar dari bumi untuk bertahan hidup. Di sisi lain, planet dengan 10 kali jumlah air bumi memiliki bobot sepertiga dari planet manusia ini.

Planet Steppenwolf ini memiliki gunung api yang memancarkan karbon dioksida ke atmosfer. Gas tersebut akan membeku dan jatuh ke planet sebagai salju lalu melapisi dunia dengan selimut es kering.

Fenomena planet tanpa bintang terjadi ketika planet itu keluar dari orbit saat melewati bintang atau planet lain yang menyebabkan gaya gravitasi ekstrem.

inilah

Ini dia Supermarket di California yang Menjual Ganja dengan Legal

Detail Berita

Sebelumnya telah dibuat apotek ganja, kini di Sacramento supermarket ganja pun akan segera dibuka.

Di atas lahan seluas 10 ribu meter persegi, kerajaan ganja itu berdiri untuk pertama kalinya. Tempat ini dilengkapi kebutuhan informasi bagi para penanam ganja yang datang mendapatkan pasokan dan juga pelatihan.

Toko ganja tersebut diberi nama weGrow, walaupun tidak menjual ganja secara langsung toko tersebut menyediakan alat-alat dan juga informasi mengenai ganja.

weGrow pertama kali muncul dari sebuah gudang di Oakland, California, Amerika Serikat (AS), dan pengembangnya pun berharap bahwa suatu saat akan menjadi franchise pertama di negara tersebut.

Perusahaan pun berencana untuk membuka toko serupa di wilayah New Jersey, Colorado, Oregon dan Arizona, demikian lansir ABC News.

okezone

FOTO VIDEO OMED-OMEDAN, FESTIVAL TRADISI CIUMAN MUDA-MUDI DI BALI SEHARI PASCA NYEPI



Sehari pascaNyepi, sebuah banjar di Desa Sesetan, Denpasar, Bali selalu menggelar tradisi unik yang hanya satu-satunya di Pulau Dewata. Banjar Kaja yang terletak di sebelah selatan kota Denpasar ini memiliki tradisi Omed-omedan atau festival ciuman antar pemuda dan pemudi banjar setempat.

Tahun ini, sedikitnya 50 muda-mudi yang telah beranjak dewasa turut serta dalam festival warisan leluhur ini. Festival diawali dengan persembahyangan bersama di Pura Banjar dan seluruh peserta wajib mengikuti prosesi ini supaya diberi kelancaran dan keselamatan saat ciuman nanti. Usai sembahyang para muda-mudi ini dibagi dua kelompok. Yang pertama adalah kelompok pria, dan satunya lagi adalah kelompok wanita.





Para "tetua" atau orang yang dituakan di desa tersebut menjadi "wasit" festival ciuman ini. Jika para "tetua" memberi aba-aba mulai! maka kedua kelompok yang saling berhadap-hadapan ini menunjuk salah satu wakilnya untuk diarak ke depan dan beradu ciuman dengan wakil dari kelompok lain. Biasanya jika sudah terjadi adu mulut, peserta pria lebih bernafsu melumat bibir "lawan"nya yang tampak malu-malu tapi mau.

http://i985.photobucket.com/albums/ae331/catatandika/bb.jpg

Untuk menghindari ciuman semakin panas, para tetua dibantu panitia mengguyurkan air kepada seluruh peserta omed-omedan ini. Namun, tak hanya peserta, para penonton, fotografer dan kamerawan yang mengambil gambar terlalu dekat juga harus rela untuk diguyur dengan air satu ember.

http://dewarama.files.wordpress.com/2009/03/omed_omedan.jpg

Baku cium antar muda-mudi ini dilakukan berulang-ulang hingga "wasit" menghentikannya. Sekitar satu jam festival yang ditonton ribuan wisatawan dan warga ini akhirnya usai. Seluruh peserta kembali ke Pura Banjar untuk diperciki air tirta.

Ayu Prambandari, salah seorang peserta omed-omedan ini sempat merasa canggung saat berciuman dengan peserta pria karena tidak saling kenal. "Deg-degan sih, kan kaget dapetnya sama siapa. Kalau di sini kita tidak tahu ciuman sama siapa jadi rada canggung, kalau sama pacar kan beda," kata gadis 20 tahun ini.

http://stat.kompasiana.com/files/2010/10/omed6-300x224.jpg

Ayu yang sudah 7 kali mengikuti omed-omedan ini mengaku antusias menjadi peserta karena ingin melestarikan budaya yang telah diwariskan secara turun temurun ini. "Orang tua kita dulu kan juga ikut, ini sudah adat takutnya ntar kalau gak ikut ada apa-apa," imbuhnya.

Tradisi omed-omedan ini dimulai pada abad ke-17. Sebelumnya tradisi ini dilakukan pada saat hari raya Nyepi, namun pada tahun 1978 diputuskan untuk menggantinya pada saat Ngembak Geni, atau sehari pasca Nyepi. "Tradisi ini hanya luapan kegembiraan teruna teruni pada saat melakukan omed-omedan di hari ngembak geni," ujar I Gusti Ngurah Oka Putra, tokoh masyarakat Banjar kaja.

Selain bentuk penghormatan terhadap leluhur, omed-omedan ini digelar untuk semakin meningkatkan rasa kesetiakawanan dan solidaritas antar warga khususnya para pemuda dan pemudi.

kompas

Mengerikan, Badan Antariksa India Temukan Gua Raksasa di Permukaan Bulan



Organisasi peneliti ruang angkasa dari India menemukan gua bawah tanah berukuran besar di dekat ekuator Bulan. Gua raksasa yang ditemukan pesawat luar angkasa Chandrayaan-1 ini memiliki panjang lebih dari 1,7 kilometer dan lebar 120 meter.

Para peneliti India mengutarakan kemungkinan penggunaan gua ini sebagai tempat manusia di masa yang akan datang. Gua tersebut dapat digunakan sebagai tempat perlindungan dari radiasi, tabrakan meteor kecil, debu, dan perubahan temperatur yang ekstrem karena perubahan struktur lava.

Para ilmuwan juga menunjukkan kalau gua itu hanya butuh sedikit konstruksi dan tidak perlu mengeluarkan biaya untuk pembuatan tameng khusus untuk menghadapi lingkungan bulan.

Temuan ini merupakan temuan gua lainnya di Bulan. Pada tahun 2009, badan antariksa Jepang JAXA mengumumkan temuan lubang di bulan yang cukup besar untuk ditempati manusia. Gua temuan JAZA ini berukuran 65 meter dan memiliki dalam 88 meter.

kompas

Akhirnya, Rambut Justin Bieber Laku Terjual Rp 357 Juta

img

Banyak penawar berminat membeli sisa rambut Justin Bieber yang dilelang pada acara Ellen DeGeneres Show beberapa hari lalu. Sampai akhirnya Rabu (2/3/2011) malam, rambut Bieber telah laku dengan harga yang fantastis.

Pelantun 'Baby' itu memang bisa menjual segalanya. Mulai dari album lagunya, cat kuku sampai sisa rambutnya pun laku terjual.

Seperti dikutip dari People, pelelangan rambut yang dilakukan di eBay dilepas dengan harga US$ 40.668 atau sekitar Rp 357 juta (US$ 1 = Rp 8.700). Jumlah keseluruhan akan disumbangkan untuk organisasi penyelamatan hewan, The Gentle Barn Foundation. Belum diketahui siapa yang berminat membeli rambut sisa Justin Bieber itu.

Setelah diumumkan pelelangan rambut Justin Bieber di acara Ellen DeGeneres Show yang dilakukan di eBay, dalam waktu satu jam tawaran itu sudah sampai US$ 10 ribu. Pada 28 Februari lalu, rambut tersebut dihargai US$ 12 ribu dan sudah ada 65 orang yang menawar.

wolipop

Populasi Berkurang Drastis, Singa diperkirakan Akan Punah 15 Tahun Lagi

http://7wolu.blogspot.com/

Populasi singa sudah sangat kritis saat ini. Jika tidak ada upaya konservasi, singa akan benar-benar habis 15 tahun mendatang.

Pada tahun 1960, terdapat 400.000 singa yang hidup di alam liar. Tapi pada saat ini, tersisa hanya 20.000 ekor singa. Sebuah fakta yang menunjukkan adanya penurunan cukup besar--hingga 95 persen--bagi populasi singa.

Hal ini disampaikan oleh Dereck Joubert yang bersama dengan istrinya Beverly tinggal di tengah-tengah kehidupan rimba Botswana selama puluhan tahun. Pasangan ini merupakan penjelajah dan konservasionis yang biasa mengerjakan proyek dokumenter seputar lingkungan alam. Pada proyek terakhir, mereka mengikuti dan merekam kehidupan singa liar yang hidup di Delta Okavango, Botswana.

Film dokumenter berjudul "The Last Lions" ini menggambarkan perjuangan singa mempertahankan diri dan wilayah teritorinya dari pemangsa. Dokumenter juga menampilkan gambar-gambar dramatis, termasuk perkelahian buas antarsinga saat memperebutkan binatang buruan atau air, yang seringkali berakhir pada kematian salah satu pihak.

Mengutip perkataan Joubert, "Kecuali kita mulai mengupayakan pencegahan masalah ini dari sekarang, singa-singa akan punah dalam lima belas tahun ke depan."

nationalgeographic.co.id

Sejarah Kebesaran Kerajaan Sriwijaya dan Pengaruhnya dimasa Kini

http://pitu8.blogspot.com 7wolu.blogspot.com

Kerajaan Sriwijaya (atau juga disebut Srivijaya) adalah salah satu kemaharajaan maritim yang kuat di pulau Sumatera dan banyak memberi pengaruh di Nusantara dengan daerah kekuasaan membentang dari Kamboja, Thailand, Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi. Dalam bahasa Sansekerta, sri berarti “bercahaya” dan wijaya berarti “kemenangan”.

Bukti awal mengenai keberadaan kerajaan ini berasal dari abad ke-7; seorang pendeta Tiongkok, I Tsing, menulis bahwa ia mengunjungi Sriwijaya tahun 671 dan tinggal selama 6 bulan. Prasasti yang paling tua mengenai Sriwijaya juga berada pada abad ke-7, yaitu prasasti Kedukan Bukit di Palembang, bertarikh 682. Kemunduran pengaruh Sriwijaya terhadap daerah bawahannya mulai menyusut dikarenakan beberapa peperangan diantaranya serangan dari raja Dharmawangsa Teguh dari Jawa di tahun 990, dan tahun 1025 serangan Rajendra Chola I dari Koromandel, selanjutnya tahun 1183 kekuasaan Sriwijaya dibawah kendali kerajaan Dharmasraya.

Setelah Sriwijaya jatuh, kerajaan ini terlupakan dan eksistensi Sriwijaya baru diketahui secara resmi tahun 1918 oleh sejarawan Perancis George Cœdès dari École française d’Extrême-Orient.

Historiografi
Tidak terdapat catatan lebih lanjut mengenai Sriwijaya dalam sejarah Indonesia; masa lalunya yang terlupakan dibentuk kembali oleh sarjana asing. Tidak ada orang Indonesia modern yang mendengar mengenai Sriwijaya sampai tahun 1920-an, ketika sarjana Perancis George Cœdès mempublikasikan penemuannya dalam koran berbahasa Belanda dan Indonesia. Coedès menyatakan bahwa referensi Tiongkok terhadap “San-fo-ts’i”, sebelumnya dibaca “Sribhoja”, dan beberapa prasasti dalam Melayu Kuno merujuk pada kekaisaran yang sama.

Sriwijaya menjadi simbol kebesaran Sumatera awal, dan kerajaan besar Nusantara selain Majapahit di Jawa Timur. Pada abad ke-20, kedua kerajaan tersebut menjadi referensi oleh kaum nasionalis untuk menunjukkan bahwa Indonesia merupakan satu kesatuan negara sebelelum kolonialisme Belanda.

Sriwijaya disebut dengan berbagai macam nama. Orang Tionghoa menyebutnya Shih-li-fo-shih atau San-fo-ts’i atau San Fo Qi. Dalam bahasa Sansekerta dan Pali, kerajaan Sriwijaya disebut Yavadesh dan Javadeh. Bangsa Arab menyebutnya Zabaj dan Khmer menyebutnya Malayu. Banyaknya nama merupakan alasan lain mengapa Sriwijaya sangat sulit ditemukan. Sementara dari peta Ptolemaeus ditemukan keterangan tentang adanya 3 pulau Sabadeibei yang kemungkinan berkaitan dengan Sriwijaya.

Sekitar tahun 1993, Pierre-Yves Manguin melakukan observasi dan berpendapat bahwa pusat Sriwijaya berada di Sungai Musi antara Bukit Seguntang dan Sabokingking (terletak di provinsi Sumatera Selatan sekarang). Namun sebelumnya Soekmono berpendapat bahwa pusat Sriwijaya terletak pada kawasan sehiliran Batang Hari, antara Muara Sabak sampai ke Muara Tembesi (di provinsi Jambi sekarang), dengan catatan Malayu tidak di kawasan tersebut, jika Malayu pada kawasan tersebut, ia cendrung kepada pendapat Moens, yang sebelumnya juga telah berpendapat bahwa letak dari pusat kerajaan Sriwijaya berada pada kawasan Candi Muara Takus (provinsi Riau sekarang), dengan asumsi petunjuk arah perjalanan dalam catatan I Tsing, serta hal ini dapat juga dikaitkan dengan berita tentang pembangunan candi yang dipersembahkan oleh raja Sriwijaya (Se li chu la wu ni fu ma tian hwa atau Sri Cudamaniwarmadewa) tahun 1003 kepada kaisar Cina yang dinamakan cheng tien wan shou (Candi Bungsu, salah satu bagian dari candi yang terletak di Muara Takus). Namun yang pasti pada masa penaklukan oleh Rajendra Chola I, berdasarkan prasasti Tanjore, Sriwijaya telah beribukota di Kadaram (Kedah sekarang).

Pembentukan dan pertumbuhan
Belum banyak bukti fisik mengenai Sriwijaya yang dapat ditemukan. Kerajaan ini menjadi pusat perdagangan dan merupakan negara maritim, namun kerajaan ini tidak memperluas kekuasaannya di luar wilayah kepulauan Asia Tenggara, dengan pengecualian berkontribusi untuk populasi Madagaskar sejauh 3.300 mil di barat. Beberapa ahli masih memperdebatkan kawasan yang menjadi pusat pemerintahan Sriwijaya, selain itu kemungkinan kerajaan ini biasa memindahkan pusat pemerintahannya, namun kawasan yang menjadi ibukota tetap diperintah secara langsung oleh penguasa, sedangkan daerah pendukungnya diperintah oleh datu setempat.

Kekaisaran Sriwijaya telah ada sejak 671 sesuai dengan catatan I Tsing, dari prasasti Kedukan Bukit pada tahun 682 di diketahui imperium ini di bawah kepemimpinan Dapunta Hyang. Di abad ke-7 ini, orang Tionghoa mencatat bahwa terdapat dua kerajaan yaitu Malayu dan Kedah menjadi bagian kemaharajaan Sriwijaya. Berdasarkan prasasti Kota Kapur yang yang berangka tahun 686 ditemukan di pulau Bangka, kemaharajaan ini telah menguasai bagian selatan Sumatera, pulau Bangka dan Belitung, hingga Lampung. Prasasti ini juga menyebutkan bahwa Sri Jayanasa telah melancarkan ekspedisi militer untuk menghukum Bhumi Jawa yang tidak berbakti kepada Sriwijaya, peristiwa ini bersamaan dengan runtuhnya Tarumanagara di Jawa Barat dan Holing (Kalingga) di Jawa Tengah yang kemungkinan besar akibat serangan Sriwijaya. Sriwijaya tumbuh dan berhasil mengendalikan jalur perdagangan maritim di Selat Malaka, Selat Sunda, Laut China Selatan, Laut Jawa, dan Selat Karimata.

Ekspansi kerajaan ini ke Jawa dan Semenanjung Malaya, menjadikan Sriwijaya mengontrol dua pusat perdagangan utama di Asia Tenggara. Berdasarkan observasi, ditemukan reruntuhan candi-candi Sriwijaya di Thailand dan Kamboja. Di abad ke-7, pelabuhan Cham di sebelah timur Indochina mulai mengalihkan banyak pedagang dari Sriwijaya. Untuk mencegah hal tersebut, Maharaja Dharmasetu melancarkan beberapa serangan ke kota-kota pantai di Indochina. Kota Indrapura di tepi sungai Mekong, di awal abad ke-8 berada di bawah kendali Sriwijaya. Sriwijaya meneruskan dominasinya atas Kamboja, sampai raja Khmer Jayawarman II, pendiri imperium Khmer, memutuskan hubungan dengan Sriwijaya di abad yang sama. Di akhir abad ke-8 beberapa kerajaan di Jawa, antara lain Tarumanegara dan Holing berada di bawah kekuasaan Sriwijaya. Menurut catatan, pada masa ini pula wangsa Sailendra bermigrasi ke Jawa Tengah dan berkuasa disana. Di abad ini pula, Langkasuka di semenanjung Melayu menjadi bagian kerajaan. Di masa berikutnya, Pan Pan dan Trambralinga, yang terletak di sebelah utara Langkasuka, juga berada di bawah pengaruh Sriwijaya.

Setelah Dharmasetu, Samaratungga menjadi penerus kerajaan. Ia berkuasa pada periode 792 sampai 835. Tidak seperti Dharmasetu yang ekspansionis, Samaratungga tidak melakukan ekspansi militer, tetapi lebih memilih untuk memperkuat penguasaan Sriwijaya di Jawa. Selama masa kepemimpinannya, ia membangun candi Borobudur di Jawa Tengah yang selesai pada tahun 825.

Agama dan Budaya
Sebagai pusat pengajaran Buddha Vajrayana, Sriwijaya menarik banyak peziarah dan sarjana dari negara-negara di Asia. Antara lain pendeta dari Tiongkok I Tsing, yang melakukan kunjungan ke Sumatera dalam perjalanan studinya di Universitas Nalanda, India, pada tahun 671 dan 695, serta di abad ke-11, Atisha, seorang sarjana Buddha asal Benggala yang berperan dalam mengembangkan Buddha Vajrayana di Tibet. I Tsing melaporkan bahwa Sriwijaya menjadi rumah bagi sarjana Buddha sehingga menjadi pusat pembelajaran agama Buddha. Pengunjung yang datang ke pulau ini menyebutkan bahwa koin emas telah digunakan di pesisir kerajaan. Selain itu ajaran Buddha aliran Buddha Hinayana dan Buddha Mahayana juga turut berkembang di Sriwijaya.

Kerajaan Sriwijaya banyak dipengaruhi budaya India, pertama oleh budaya Hindu kemudian diikuti pula oleh agama Buddha. Raja-raja Sriwijaya menguasai kepulauan Melayu melalui perdagangan dan penaklukkan dari kurun abad ke-7 hingga abad ke-9, sehingga secara langsung turut serta mengembangkan bahasa Melayu beserta kebudayaannya di Nusantara.

Sangat dimungkinkan bahwa Sriwijaya yang termahsyur sebagai bandar pusat perdagangan di Asia Tenggara, tentunya menarik minat para pedagang dan ulama muslim dari Timur Tengah. Sehingga beberapa kerajaan yang semula merupakan bagian dari Sriwijaya, kemudian tumbuh menjadi cikal-bakal kerajaan-kerajaan Islam di Sumatera kelak, disaat melemahnya pengaruh Sriwijaya.

Ada sumber yang menyebutkan, karena pengaruh orang muslim Arab yang banyak berkunjung di Sriwijaya, maka raja Sriwijaya yang bernama Sri Indrawarman masuk Islam pada tahun 718. Sehingga sangat dimungkinkan kehidupan sosial Sriwijaya adalah masyarakat sosial yang di dalamnya terdapat masyarakat Budha dan Muslim sekaligus. Tercatat beberapa kali raja Sriwijaya berkirim surat ke khalifah Islam di Suriah. Pada salah satu naskah surat yang ditujukan kepada khalifah Umar bin Abdul Aziz (717-720M) berisi permintaan agar khalifah sudi mengirimkan da’i ke istana Sriwijaya.

Perdagangan
Di dunia perdagangan, Sriwijaya menjadi pengendali jalur perdagangan antara India dan Tiongkok, yakni dengan penguasaan atas selat Malaka dan selat Sunda. Orang Arab mencatat bahwa Sriwijaya memiliki aneka komoditi seperti kapur barus, kayu gaharu, cengkeh, pala, kepulaga, gading, emas, dan timah yang membuat raja Sriwijaya sekaya raja-raja di India. Kekayaan yang melimpah ini telah memungkinkan Sriwijaya membeli kesetiaan dari vassal-vassalnya di seluruh Asia Tenggara.

Pada paruh pertama abad ke-10, diantara kejatuhan dinasti Tang dan naiknya dinasti Song, perdagangan dengan luar negeri cukup marak, terutama Fujian, kerajaan Min dan negeri kaya Guangdong, kerajaan Nan Han. Tak diragukan lagi Sriwijaya mendapatkan keuntungan dari perdagangan ini.

Relasi dengan kekuatan regional
Untuk memperkuat posisinya atas penguasaan pada kawasan di Asia Tenggara, Sriwijaya menjalin hubungan diplomasi dengan kekaisaran China, dan secara teratur mengantarkan utusan beserta upeti.

Pada masa awal kerajaan Khmer merupakan daerah jajahan Sriwijaya. Banyak sejarawan mengklaim bahwa Chaiya, di propinsi Surat Thani, Thailand Selatan, sebagai ibu kota kerajaan tersebut, pengaruh Sriwijaya nampak pada bangunan pagoda Borom That yang bergaya Sriwijaya. Setelah kejatuhan Sriwijaya, Chaiya terbagi menjadi tiga kota yakni (Mueang) Chaiya, Thatong (Kanchanadit), dan Khirirat Nikhom.

Sriwijaya juga berhubungan dekat dengan kerajaan Pala di Benggala, pada prasasti Nalanda berangka 860 mencatat bahwa raja Balaputradewa mendedikasikan sebuah biara kepada Universitas Nalanda. Relasi dengan dinasti Chola di selatan India juga cukup baik, dari prasasti Leiden disebutkan raja Sriwijaya telah membangun sebuah vihara yang dinamakan dengan Vihara Culamanivarmma, namun menjadi buruk setelah Rajendra Chola I naik tahta yang melakukan penyerangan di abad ke-11. Kemudian hubungan ini kembali membaik pada masa Kulothunga Chola I, di mana raja Sriwijaya di Kadaram mengirimkan utusan yang meminta dikeluarkannya pengumuman pembebasan cukai pada kawasan sekitar Vihara Culamanivarmma tersebut. Namun demikian pada masa ini Sriwijaya dianggap telah menjadi bahagian dari dinasti Chola, dari kronik Tiongkok menyebutkan bahwa Kulothunga Chola I (Ti-hua-ka-lo) sebagai raja San-fo-ts’i membantu perbaikan candi dekat Kanton pada tahun 1079, pada masa dinasti Song candi ini disebut dengan nama Tien Ching Kuan dan pada masa dinasti Yuan disebut dengan nama Yuan Miau Kwan.

Masa keemasan
Kemaharajaan Sriwijaya bercirikan kerajaan maritim, mengandalkan hegemoni pada kekuatan armada lautnya dalam menguasai alur pelayaran, jalur perdagangan, menguasai dan membangun beberapa kawasan strategis sebagai pangkalan armadanya dalam mengawasi, melindungi kapal-kapal dagang, memungut cukai serta untuk menjaga wilayah kedaulatan dan kekuasaanya.

Dari catatan sejarah dan bukti arkeologi, pada abad ke-9 Sriwijaya telah melakukan kolonisasi di hampir seluruh kerajaan-kerajaan Asia Tenggara, antara lain: Sumatera, Jawa, Semenanjung Malaya, Thailand, Kamboja, Vietnam, dan Filipina. Dominasi atas Selat Malaka dan Selat Sunda, menjadikan Sriwijaya sebagai pengendali rute perdagangan rempah dan perdagangan lokal yang mengenakan biaya atas setiap kapal yang lewat. Sriwijaya mengakumulasi kekayaannya sebagai pelabuhan dan gudang perdagangan yang melayani pasar Tiongkok, dan India.

Sriwijaya juga disebut berperan dalam menghancurkan kerajaan Medang di Jawa, dalam prasasti Pucangan disebutkan sebuah peristiwa Mahapralaya yaitu peristiwa hancurnya istana Medang di Jawa Timur, di mana Haji Wurawari dari Lwaram yang kemungkinan merupakan raja bawahan Sriwijaya, pada tahun 1006 atau 1016 menyerang dan menyebabkan terbunuhnya raja Medang terakhir Dharmawangsa Teguh.

Penurunan
Tahun 1017 dan 1025, Rajendra Chola I, raja dari dinasti Chola di Koromandel, India selatan, mengirim ekspedisi laut untuk menyerang Sriwijya, berdasarkan prasasti Tanjore bertarikh 1030, kerajaan Chola telah menaklukan daerah-daerah koloni Sriwijaya, sekaligus berhasil menawan raja Sriwijaya yang berkuasa waktu itu. Selama beberapa dekade berikutnya seluruh imperium Sriwijaya telah berada dalam pengaruh dinasti Chola. Meskipun demikian Rajendra Chola I tetap memberikan peluang kepada raja-raja yang ditaklukannya untuk tetap berkuasa selama tetap tunduk kepadanya. Hal ini dapat dikaitkan dengan adanya berita utusan San-fo-ts’i ke Cina tahun 1028.

Antara tahun 1079 – 1088, kronik Tionghoa mencatat bahwa San-fo-ts’i masih mengirimkan utusan dari Jambi dan Palembang. Dalam berita Cina yang berjudul Sung Hui Yao disebutkan bahwa kerajaan San-fo-tsi pada tahun 1082 mengirimkan utusan pada masa Cina di bawah pemerintahan Kaisar Yuan Fong. Duta besar tersebut menyampaikan surat dari raja Kien-pi bawahan San-fo-tsi, yang merupakan surat dari putri raja yang diserahi urusan negara San-fo-tsi, serta menyerahkan pula 227 tahil perhiasan, rumbia, dan 13 potong pakaian. Kemudian juga mengirimankan utusan berikutnya di tahun 1088. Namun akibat invasi Rajendra Chola I, hegemoni Sriwijaya atas raja-raja bawahannya melemah, beberapa daerah taklukan melepaskan diri, sampai muncul Dharmasraya sebagai kekuatan baru yang kemudian menguasai kembali wilayah jajahan Sriwijaya mulai dari kawasan Semenanjung Malaya, Sumatera, sampai Jawa bagian barat.

Berdasarkan sumber Tiongkok pada buku Chu-fan-chi yang ditulis pada tahun 1178, Chou-Ju-Kua menerangkan bahwa di kepulauan Asia Tenggara terdapat dua kerajaan yang sangat kuat dan kaya, yakni San-fo-ts’i dan Cho-po (Jawa). Di Jawa dia menemukan bahwa rakyatnya memeluk agama Budha dan Hindu, sedangkan rakyat San-fo-ts’i memeluk Budha, dan memiliki 15 daerah bawahan yang meliputi; Si-lan (Kamboja), Tan-ma-ling (Tambralingga, Ligor, selatan Thailand), Kia-lo-hi (Grahi, Chaiya sekarang, selatan Thailand), Ling-ya-si-kia (Langkasuka), Kilantan (Kelantan), Pong-fong (Pahang), Tong-ya-nong (Terengganu), Fo-lo-an (muara sungai Dungun daerah Terengganu sekarang), Ji-lo-t’ing (Cherating, pantai timur semenanjung malaya), Ts’ien-mai (Semawe, pantai timur semenanjung malaya), Pa-t’a (Sungai Paka, pantai timur Semenanjung Malaya), Lan-wu-li (Lamuri di Aceh), Pa-lin-fong (Palembang), Kien-pi (Jambi), dan Sin-t’o (Sunda).

Namun demikian, istilah San-fo-tsi terutama pada tahun 1178 tidak lagi identik dengan Sriwijaya, melainkan telah identik dengan Dharmasraya, dari daftar 15 negeri bawahan San-fo-tsi tersebut merupakan daftar jajahan kerajaan Dharmasraya, walaupun sumber Tiongkok tetap menyebut San-fo-tsi sebagai kerajaan yang berada di kawasan laut Cina Selatan. Hal ini karena dalam Pararaton telah menyebutkan Malayu, disebutkan Kertanagara raja Singhasari mengirim sebuah ekspedisi Pamalayu atau Pamalayu, dan kemudian menghadiahkan Arca Amoghapasa kepada raja Melayu, Srimat Tribhuwanaraja Mauli Warmadewa di Dharmasraya sebagaimana yang tertulis pada prasasti Padang Roco. Peristiwa ini kemudian dikaitkan dengan manuskrip yang terdapat pada prasasti Grahi. Begitu juga dalam Nagarakretagama, yang menguraikan tentang daerah jajahan Majapahit juga sudah tidak menyebutkan lagi nama Sriwijaya untuk kawasan yang sebelumnya merupakan kawasan Sriwijaya.

Struktur pemerintahan
Pembentukan satu negara kesatuan dalam dimensi struktur otoritas politik Sriwijaya, dapat dilacak dari beberapa prasasti yang mengandung informasi penting tentang kadātuan, vanua, samaryyāda, mandala dan bhūmi.

Kadātuan dapat bermakna kawasan dātu, (tnah rumah) tempat tinggal bini hāji, tempat disimpan mas dan hasil cukai (drawy) sebagai kawasan yang mesti dijaga. Kadātuan ini dikelilingi oleh vanua, yang dapat dianggap sebagai kawasan kota dari Sriwijaya yang didalamnya terdapat vihara untuk tempat beribadah bagi masyarakatnya. Kadātuan dan vanua ini merupakan satu kawasan inti bagi Sriwijaya itu sendiri. Menurut Casparis, samaryyāda merupakan kawasan yang berbatasan dengan vanua, yang terhubung dengan jalan khusus (samaryyāda-patha) yang dapat bermaksud kawasan pedalaman. Sedangkan mandala merupakan suatu kawasan otonom dari bhūmi yang berada dalam pengaruh kekuasaan kadātuan Sriwijaya.

Penguasa Sriwijaya disebut dengan Dapunta Hyang atau Maharaja, dan dalam lingkaran raja terdapat secara berurutan yuvarāja (putra mahkota), pratiyuvarāja (putra mahkota kedua) dan rājakumāra (pewaris berikutnya). Prasasti Telaga Batu banyak menyebutkan berbagai jabatan dalam struktur pemerintahan kerajaan pada masa Sriwijaya.

Warisan sejarah
Meskipun Sriwijaya hanya menyisakan sedikit peninggalan arkeologi dan terlupakan dari ingatan masyarakat pendukungnya, penemuan kembali kemaharajaan bahari ini oleh Coedès pada tahun 1920-an telah membangkitkan kesadaran bahwa suatu bentuk persatuan politik raya, berupa kemaharajaan yang terdiri atas persekutuan kerajaan-kerajaan bahari, pernah bangkit, tumbuh, dan berjaya di masa lalu.

Di samping Majapahit, kaum nasionalis Indonesia juga mengagungkan Sriwijaya sebagai sumber kebanggaan dan bukti kejayaan masa lampau Indonesia. Kegemilangan Sriwijaya telah menjadi sumber kebanggaan nasional dan identitas daerah, khususnya bagi penduduk kota Palembang, provinsi Sumatera Selatan. Bagi penduduk Palembang, keluhuran Sriwijaya telah menjadi inspirasi seni budaya, seperti lagu dan tarian tradisional Gending Sriwijaya. Hal yang sama juga berlaku bagi masyarakat selatan Thailand yang menciptakan kembali tarian Sevichai (Sriwijaya) yang berdasarkan pada keanggunan seni budaya Sriwijaya.

Di Indonesia, nama Sriwijaya telah digunakan dan diabadikan sebagai nama jalan di berbagai kota, dan nama ini telah melekat dengan kota Palembang dan Sumatera Selatan. Universitas Sriwijaya yang didirikan tahun 1960 di Palembang dinamakan berdasarkan kedatuan Sriwijaya. Demikian pula Kodam II Sriwijaya (unit komando militer), PT Pupuk Sriwijaya (Perusahaan Pupuk di Sumatera Selatan), Sriwijaya Post (Surat kabar harian di Palembang), Sriwijaya TV, Sriwijaya Air (maskapai penerbangan), Stadion Gelora Sriwijaya, dan Sriwijaya Football Club (Klab sepak bola Palembang), semua dinamakan demikian untuk menghormati, memuliakan, dan merayakan kegemilangan kemaharajaan Sriwijaya.

source: http://pitu8.blogspot.com/2011/03/sejarah-kerajaan-sriwijaya.html

Inilah Jawaban Atas Dampak Kelangkaan Bahan Pangan Pada Saat Pemanasan Global Nanti

hewan serangga, jenis binatang melata, pemanasan global, global warming, cara mencegah global warming

Begitu nyatanya dampak pemanasan global sampai sampai hal yang sepertinya mustahil pelan - pelan menjadi nyata seperti isu bumi akan kehabisan makanan.

Akhirnya Serangga lah yang akan menjadi alternatif baru. Makan serangga kabarnya menjadi cara efektif menyelamatkan hutan hujan dan mengurangi emisi karbon global. Hal ini guna memperbaiki diet dan memotong anggaran makanan. Menurut ilmuwan Belanda, Arnold van Huis, memakan makanan berbahan dasar serangga menjadi jawaban krisis makanan global, penyusutan sumber daya tanah dan air serta tingkat emisi karbon yang makin mengkhawatirkan.

Van Huis mengatakan, di tiap gigitan serangga mengandung lebih banyak protein dibanding hewan ternak seperti sapi dan kambing. Seperti dikutip Straits Times, biaya pembiakkan serangga pun lebih sedikit dan tak memiliki banyak jejak karbon.

“Anak-anak tak punya masalah makan serangga, namun berbeda dengan orang dewasa yang telah memiliki pola makan lebih dulu,” papar Van Huis.

“Hanya dengan mencoba secara langsung orang dewasa bisa mengubah pemikirannya, ” lanjut professor Wageningen University itu.

Masalah yang dihadapi orang dewasa bersifat psikologis. Demi menarik minat masyarakat mengonsumsi serangga, Van Huis dan tim bekerjasama dengan sekolah masak lokal guna menyediakan buku resep yang dilengkapi menu menarik.

Bagaimana, apakah anda sudah siap untuk itu?

inilah.com